Home » » MAKALAH POKOK-POKOK KEIMANAN DALAM AL-QUR'AN

MAKALAH POKOK-POKOK KEIMANAN DALAM AL-QUR'AN

Posted by Droid Flashpedia on Thursday, December 4, 2014


MAKALAH
ILMU KALAM
 “POKOK-POKOK KEIMANAN DALAM AL-QUR'AN”





DI SUSUN OLEH :

          1. AMIRUDDIN                              (122111508)
          2. NENENG FAUZIYAH                (122111514)
          3. ISKHAQUL HUDA                    (122111517)
          4. ROHAETI                                   (122111524)
          5.  DEVI WAHYUDIN                   (122111537)
          6. HIDAYATUL MUSTAFID         (122111545)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM / SEMESTER II
 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN “SULTAN MAULANA HASANUDDIN”
SERANG - BANTEN
2012



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga kami dapat menyelesaikan “makalah” Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul “Pokok – pokok Keimanan dalam Al-Qur’an “ ini dapat diselesaikan ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW yang mana telah membawa kita semua dari Jaman jahiliyah menuju jaman yang terang benderang ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kepada para pembaca kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan makalah yang kami buat selanjutnya. Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya kami.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya dan dapat sedikit mewujudkan pengetahuan didalam lembaran ini



Serang, 19 Mei 2013


Penyusun

 


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................             i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................             ii
BAB I PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang ………………………………………………………….            1
B.                 Rumusan Masalah ………………………………………………………            1
C.                 Tujuan Masalah …………………………………………………………            1

BAB II PEMBAHASAN
A.                Pengertian Iman ………………………………………………….………           2
B.                 Tujuan Iman ……………………………………………………………..           2
C.                 Macam – macam Iman …………………………………………………..           3
D.                Pokok – pokok Keimanan dalam Al-Qur’an ………………………..……           3

BAB III PENUTUP
I.                   Kesimpulan ……………………………………………………...….......           6
II.                Penutup ………………………………………………………………….           6

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….........……           7




BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang

Dewasa ini banyak sekali orang yang merasa diri-nya beriman, mereka juga hafal benar arti dari kata iman. Namun, sesungguhnya mereka belum mengerti apa makna dari iman itu, serta tingkah laku dan perbuatan mereka tidak mencerminkan diri-nya beriman.

Kami mengambil materi pembahasan “ Pokok – pokok Keimanan dalam Al – Qur’aan “, selain sebagai tugas mata kuliah “ Ilmu Kalam “ adalah untuk meluruskan dan memperbaiki konsep iman yang belum sempurna.

B.     Rumusan Masalah

  1.  Pengertian Iman
  2. Tujuan Keimanan
  3. Macam – macam Iman
  4. Pokok – pokok Keimanan dalam Al-Qur’an


C.     Tujuan Masalah

  1. Menjelaskan Pengertian Iman
  2. Menjelaskan Tujuan Keimanan
  3. Menjelaskan Macam – maacam Iman
  4. Menjelaskan pokok – pokok Keimanan dalam Al-Qur’an


BAB II
PEMBAHASAN
POKOK-POKOK KEIMANAN DALAM AL-QUR’AN

A.     Pengertian Iman

Iman secara etimologis berasal dari kata amana - yu’minu berarti tasdiq yaitu membenarkan mempercayai. Dan menurut istilah Iman ialah “Membenarkan dgn hati diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.” 

Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dengan “Qaulun wa amalun wa niyyatun wa tamassukun bis Sunnah.” Yakni Ucapan diiringi dengan ketulusan niat dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada Sunnah . 

Sahl bin Abdullah At-Tustari ketika ditanya tentang apakah sebenarnya iman itu beliau menjawab demikian “Qaulun wa amalun wa niyyatun wa sunnatun.” Artinya Ucapan yg disertai dengan perbuatan diiringi dengan ketulusan niat dan dilandasi dengan Sunnah. Kata beliau selanjutnya “Sebab iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan adalah kufur apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat adalah nifaq sedang apabila hanya ucapan perbuatan dan ketulusan niat tanpa dilandasi dengan sunnah adalah bid’ah. 

Dengan demikian iman itu bukan sekedar pengertian dan keyakinan dalam hati; bukan sekedar ikrar dengan lisan dan bukan sekedar amal perbuatan saja tapi hati dan jiwa kosong. Imam Hasan Basri mengatakan “Iman itu bukanlah sekedar angan-angan dan bukan pula sekedar basa-basi dengan ucapan akan tetapi sesuatu keyakinan yang terpatri dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan. 

B.     Tujuan Iman

Tujuan Keimanan adalah penghambaan diri pada Allah SWT semata antar manusia dan Penciptanya, bukan penghambaan pada manusia lain atau golongan lain.

C.     Macam-macam Iman

Perlu dimengerti, bahwa iman seseorang kepada Allah ada tiga macam , yaitu : Iman Taqlidi, Iman Tahqiqi, Iman Istidlal.  

  1. Iman Taqlidi adalah mempercayai keesaan Allah SWT. Dengan cara taqlidi (mengikuti) keterangan ulam tanpa mengerti dalil atau pembuktian. Iman seperti ini rawan berubah akibat ulah orang-orang yang berusaha merusaknya.
  2. Iman Tahqiqi adalah kemantapan hati pada keesaan Allah SWT. Yang jika ditentag atau diusik oleh siapapun, maka tak berubah sedikitpun.
  3. Iman Istidlali adalah iman yang disertai bukti dari makhluk yang ada didunia ini membuktikan adanya yang menciptakan suatu bangunan menunjukan adanya yang membangun, kotoran unta menunjukan akan adanya unta, karena keberadaan sesuatu (akibat) tanpa sebab adanya sebab adanya pencipta adalah suatu yang tidak masuk akal (muhal).

D.    Pokok – pokok Keimanan dalam Al-Qur’an

Syarat untuk menjadi orang yang beriman adalah harus mendapat izin dari Allah Swt dan mau menggunakan akalnya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Itulah syarat utama dalam proses keimanan yang dinyatakan Allah Swt di Surat Yunus.

“Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (QS Yunus : 100)  

Adapun cara atau methode yang dipakai sudah dicontohkan dalam Al-Qur’an. Sebagaimana proses keimanan yang telah dialami para nabi yang mengadakan perjanjian (Misaq) di hadapan Allah Swt. Mereka itu mengadakan perjanjian yang teguh (Misaq) untuk menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan laranganNya.

“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.” (QS Al-Ahzab : 7)

Keimanan sering disalah  pahami dengan 'percaya', keimanan dalam Islam diawali dengan usaha-usaha memahami kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan adanya yang mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal akan berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam ajaran Islam tidak sama dengan dogma atau persangkaan tapi harus melalui ilmu dan pemahaman.

Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji. Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai akhlak mahmudah. Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah bersikap jujur, bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah dll. Sebagai umat islam kita mempunyai suri tauladan yang perlu untuk dicontoh atau diikuti yaitu nabi Muhammad SAW. Ia adalah sebaik-baik manusia yang berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlak rosul, maka ia menjawab bahwa akhlak rosul adalah Al-quran. Artinya rosul merupakan manusia yang menggambarkan akhlak seperti yang tertera di dalam Al-quran :

Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS. Yunus : 36)

Adapun sikap 'percaya' didapatkan setelah memahami apa yang disampaikan oleh mu'min mubaligh serta visi konsep kehidupan yang dibawakan. Percaya dalam Qur'an selalu dalam konteks sesuatu yang ghaib, atau yang belum terrealisasi, ini artinya sifat orang yang beriman dalam tingkat paling rendah adalah mempercayai perjuangan para pembawa risalah dalam merealisasikan kondisi ideal bagi umat manusia yang dalam Qur'an disebut dengan 'surga', serta meninggalkan kondisi buruk yang dimisalkan dengan 'neraka'. Dalam tingkat selanjutnya orang yang beriman ikut serta dalam misi penegakkan agama Islam.

Tahap-tahap keimanan dalam Islam adalah:

  1. Dibenarkan di dalam qalbu (keyakinan mendalam akan Kebenaran yang disampaikan)
  2. Diikrarkan dengan lisan (menyebarkan Kebenaran)
  3. Diamalkan (merealisasikan iman dengan mengikuti contoh Rasul)


Tingkatan Keyakinan akan Kebenaran (Yaqin) adalah:

  1. Ilmul Yaqin (yaqin setelah menyelidikinya berdasarkan ilmu) Contoh : seperti keyakinan orang amerika yang masuk islam setelah membuktikan AL QUR'AN dengan ILMU PENGETAHUAN.
  2. 'Ainul Yaqin (yaqin setelah melihat kebenarannya hasilnya baik berupa mu'zizat , karomah dll ) Contoh : keyakinan Bani israil yaqin setelah melihat mu'zizat dari nabinya.
  3. Haqqul Yaqin (yaqin yang sebenar-benarnya meskipun belum dibuktikan dengan ilmu dan belum melihat kebenarannya) Contoh : yakinnya para sahabat RA kepada nabi MUHAMMAD.SAW pada peristiwa ISRA' MIRAJ meskipun tidak masuk akal(berdasarkan ilmu) dan tidak seorang sahabat pun melihat kejadian itu , namun mereka tetap meyakini peristiwa itu.

BAB III
PENUTUP

I.       Kesimpulan

Iman secara etimologis berasal dari kata aamana - yu’minu berarti tasdiq yaitu membenarkan mempercayai. Dan menurut istilah Iman ialah “Membenarkan dgn hati diucapkan dgn lisan dan dibuktikan dgn amal perbuatan.” 

Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dgn “Qaulun wa amalun wa niyyatun wa tamassukun bis Sunnah.” Yakni Ucapan diiringi dgn ketulusan niat dan dilandasi dgn berpegang teguh kepada Sunnah . 

Sahl bin Abdullah At-Tustari ketika ditanya tentang apakah sebenarnya iman itu beliau menjawab demikian “Qaulun wa amalun wa niyyatun wa sunnatun.” Artinya Ucapan yg disertai dgn perbuatan diiringi dgn ketulusan niat dan dilandasi dengan Sunnah. Kata beliau selanjutnya “Sebab iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan adalah kufur apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat adalah nifaq sedang apabila hanya ucapan perbuatan dan ketulusan niat tanpa dilandasi dengan sunnah adalah bid’ah. 

Dengan demikian iman itu bukan sekedar pengertian dan keyakinan dalam hati; bukan sekedar ikrar dgn lisan dan bukan sekedar amal perbuatan saja tapi hati dan jiwa kosong. Imam Hasan Basri mengatakan “Iman itu bukanlah sekedar angan-angan dan bukan pula sekedar basa-basi dengan ucapan akan tetapi sesuatu keyakinan yang terpatri dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan. 

II.    Penutup

Demikian makalah yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, karna terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubunannya dengan judul makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Afidudin, Didin. 2005. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Syaamil. Bandung
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemah
Azra, Azyumardi. 2008. Kajian Tematik Al-Qur’an tentang Ketuhanan.  Angkasa. Bandung.
Bashori, Agus Hasan, 1998.  Kitab Tauhid, Yogyakarta.


0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blog Archive

.comment-content a {display: none;}