Memang mempesona, bangunan tua yang tinggal empat buah tiang jembatan itu masih berdiri kokoh, meskipun air bah dengan tumpukan kayu dan bambu menerjang tiang tersebut. Tiang tersebut berdiri kokoh sejak jaman penjajahan Belanda yang dibangun di dusun Pencol RT/RW:37/07 desa Napis kec.Tambakrejo, kab. Bojonegoro.
Jembatan ini berdiri diatas tanah jenis kapur, namun disekitarnya banyak tanah hitam yang lembek. Air bah yang mengalir dari hulu sungai membuat tumpukan tanah dibawah jembatan, sehingga setelah diterjang air bah
lagi, membuat sungai terbelah dan tanah disamping kiri longsor.
Pada tahun sembilan puluhan jembatan itu masih lengkap dengan rel kereta yang digunakan untuk perseberangan apabila sungai meluap. Namun sejak tahun 2000, rel tersebut diambil oleh masyarakat dusun seberang dengan dalih untuk membangun jembatan di dusun tersebut. Namun dari sekian banyak rel kereta hanya sebagian yang dipasang sebagai jembatan. Bangunan ini menjadi saksi penjajahan Belanda. Jembatan yang tingginya mencapai 10 meter tersebut dibangun sejak abad 17 untuk memudahkan transportasi pengangkutan hasil bumi dengan menggunakan kereta dorong.
Terkesan Angker
0 comments:
Post a Comment